Trending

Rudy Mas’ud Inginkan Hilirisasi Kelapa Dalam Untuk Penopang Ekonomi Kaltim Pasca-Pemangkasan TKD

 

WAWANCARA: Gubernur Kaltim Rudy Mas’ud - Foto Dok Nett

RILISKALIMANTAN.COM, KALTENG- Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) Rudy Mas’ud, meminta seluruh perangkat daerah memperkuat inovasi pembangunan, terutama lewat perluasan investasi di sektor-sektor yang berpotensi menjadi tulang punggung ekonomi baru. Salah satu yang disorot ialah hilirisasi kelapa dalam.

Hal itu disampaikannya saat memimpin Morning Briefing, senin (21/11/2025) di Aula Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (DPMPD) Kaltim.

“Peluang investasi untuk hilirisasi harus dibuka selebar mungkin. Kelapa dalam adalah contoh konkret komoditas yang bisa menggerakkan ekonomi daerah secara berkelanjutan,” tegasnya.


Apalagi adanya kebijakan rencana pemotongan Dana Transfer ke Daerah (TKD) oleh pemerintah pusat pada 2026 mendorong Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim harus menyiapkan langkah antisipasi. 

Apalagi dirinya menilai bahwa kelapa dalam adalah komoditas strategis yang mampu memberikan nilai tambah signifikan bagi daerah. Potensi itu menurutnya, bukan hanya untuk memperkuat ekonomi masyarakat, tetapi juga menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berkelanjutan di masa mendatang.

“Hilirisasi kelapa dalam ini potensinya luar biasa,” ujarnya.

Satu pohon kelapa dalam menghasilkan 50–80 butir per tahun. Dari penjualan kopra, nilai ekonominya dapat mencapai Rp35 juta per hektare per tahun. Secara nasional, potensi industri hilir kelapa dalam diperkirakan menembus Rp2.400 triliun. Industri itu mencakup pengolahan menjadi minyak kelapa, santan kemasan, virgin coconut oil (VCO), serta olahan sabut berupa coco fiber dan coco peat.

“Produk turunan kelapa dalam sangat diminati industri global, mulai dari makanan sehat hingga kosmetik,” tambahnya.

Ia menyoroti bahwa harga kelapa dalam yang hanya sekitar Rp13 ribu per butir akan naik berlipat setelah masuk tahap pengolahan. Selama ini, kelapa dari Indonesia masih banyak dikirim ke Thailand dan Vietnam, negara yang kemudian menikmati nilai tambah dari proses hilirisasi.

“Kaltim tidak boleh hanya menjadi pemasok bahan mentah. Kita punya lahan luas, kita seharusnya bisa mengambil peluang besar dari industri ini,” timpalnya lagi.

Untuk mempercepat minat investasi, dirinya meminta seluruh instansi mempermudah proses perizinan dan pelayanan terkait.

“Kalau bisa dipermudah kenapa dipersulit. Kerja harus cepat, tepat, dan ikhlas,” pungkasnya.

Sumber: Nett

Lebih baru Lebih lama