Trending

GratisPol Kaltim Buka Jalan Jurnalis Antara untuk Kuliah S3 Ilmu Ekonomi

SOSOK: Ahmad Riffandi, jurnalis Kantor Berita Antara - Foto Dok Istimewa

RILISKALIMANTAN.COM, KALTIM – Di balik layar berita yang kita baca setiap hari, ada seorang jurnalis yang tidak hanya fokus mengejar fakta, tetapi juga mengejar ilmu untuk memperkaya setiap kata yang ditulis. Seorang jurnalis harus mampu memahami konteks di balik sebuah peristiwa, serta menganalisis data dengan teliti.

Tak hanya itu, profesi ini juga harus mampu menafsirkan kebijakan dan fenomena sosial agar berita yang disampaikan benar-benar akurat, berimbang, serta bermanfaat bagi pembacanya. Dunia jurnalistik tidak hanya menuntut kecepatan, tetapi juga kedalaman, ketelitian, dan wawasan luas.

Bagi seorang jurnalis, pengalaman lapangan saja tidak cukup. Tantangan zaman menuntut kemampuan analisis yang tinggi, pemahaman isu ekonomi, hukum, serta kebijakan publik yang terus berubah, hingga kemampuan menulis secara komunikatif dan edukatif.

Untuk itulah banyak jurnalis memilih menempuh pendidikan lebih tinggi agar bisa menghadirkan karya jurnalistik yang tidak hanya sekadar memberitakan, tetapi juga memberi wawasan dan perspektif berbeda.

Salah satu sosok yang membuktikan hal ini adalah Ahmad Riffandi, 37 tahun, jurnalis di Kantor Berita Antara. Di tengah kesibukannya melaporkan berbagai peristiwa di Bumi Etam, Fandi telah memberanikan diri melanjutkan pendidikan hingga jenjang S3 Ilmu Ekonomi di Universitas Mulawarman.

Keputusan ini lahir dari kesadaran bahwa seorang jurnalis profesional harus terus mengasah kapasitas diri agar setiap tulisan memiliki kedalaman dan dampak nyata bagi masyarakat. Dorongan itu juga hadir dari program GratisPol yang dicanangkan pemerintahan Rudy–Seno.

“Berkat GratisPol, saya bisa melanjutkan studi S3 tanpa terbebani biaya UKT. Ini membuka kesempatan untuk benar-benar fokus pada penelitian dan pengembangan diri,” ujarnya penuh semangat.


Fandi memandang pendidikan tinggi sebagai jalan untuk memperkuat kualitas jurnalis di era informasi cepat. Menurutnya, seorang jurnalis jangan puas hanya dengan S1 atau S2 saja.

"Adapun kenapa saya kemudian melanjutkan program S3 ini karena seorang jurnalis mesti menambah kapasitas diri. Jangan puas dengan pendidikan S1 saja, tapi sampai jenjang S3. Ini saya sudah membuktikannya," jelasnya.

Perjalanan akademik Fandi tidaklah singkat. Lahir dan besar di Sangatta, Kutai Timur, ia menempuh pendidikan SD hingga SMA di kota tersebut. Gelar S1 ia raih di Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, sementara gelar S2 ia selesaikan di UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda, jurusan Ekonomi Syariah.

Kini, di usia 37 tahun, ia menapaki pendidikan S3 Ilmu Ekonomi di Unmul sambil tetap menjalankan profesinya sebagai jurnalis.

Selain pendidikan formal, Fandi menaruh perhatian pada pengembangan kapasitas jurnalis muda di Kaltim. Ia berharap program GratisPol ke depan bisa diperluas, tidak hanya mendukung biaya kuliah, tetapi juga biaya penelitian, konferensi, atau bahkan biaya hidup bagi mahasiswa yang kuliah di luar Kalimantan, mirip skema LPDP.

"Saya harap juga teman-teman yang kuliah S3, yang mengambil kampus di luar Kalimantan seperti di Jawa, bukan hanya UKT-nya yang dibiayai, tapi biaya hidup selama di sana, seperti LPDP lah. Jadi full, kayak gitulah kalau penginnya ke depan," tegasnya.

Fandi bukan hanya contoh keberhasilan akademik, tetapi juga inspirasi bagi jurnalis dan generasi muda lainnya bahwa belajar tidak ada batas usia, dan kesempatan terus berkembang selalu terbuka bagi siapa saja yang berani mengambil langkah.

“Berkat GratisPol, saya memberanikan diri melanjutkan S3. Semoga ilmu yang saya peroleh nanti bisa bermanfaat, khususnya bagi peningkatan kapasitas diri jurnalis lainnya. Saya tetap berterima kasih kepada Pak Gubernur dan Wakil Gubernur Kaltim,” tegasnya.

Kisah Ahmad Riffandi menjadi pengingat bahwa pendidikan dan profesi dapat berjalan beriringan. Keberanian menambah kapasitas diri adalah investasi terbesar untuk masa depan. Program seperti GratisPol tidak hanya meringankan biaya, tetapi juga membuka jalan bagi lebih banyak cerita sukses dari Bumi Etam.

Sumber: Rilis

Lebih baru Lebih lama