Trending

Bank Kalsel Dorong Masyarakat Melek Finansial Lewat Edukasi Maritim Sela

RAMAI: Foto bersama kegiatan Edukasi Maritim Sela - Foto Dok Istimewa

RILISKALIMANTAN.COM, KALSEL – Upaya memperluas pemahaman masyarakat mengenai keuangan kembali digencarkan Bank Kalsel. Bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kalimantan Selatan, bank daerah tersebut menghadirkan program Edukasi Maritim Sela, sebuah agenda yang dirancang untuk menjangkau kelompok maritim, mahasiswa, hingga masyarakat umum yang aktif menggunakan layanan keuangan digital.

Program ini juga memperkuat dua inisiatif edukatif Bank Kalsel, GENCARIKAN dan AMBAPERS, yang selama ini dikenal efektif mengenalkan akses perbankan, keamanan transaksi digital, serta pilihan pembiayaan yang mudah dijangkau. Pada kegiatan ini, peserta dibekali pemahaman terbaru mengenai tabungan, aplikasi digital banking, dan cara menghindari risiko-risiko transaksi elektronik.

Direktur Bisnis Bank Kalsel, Ahmad Fauzan Noor, menyampaikan bahwa penguatan literasi keuangan merupakan investasi sosial jangka panjang. Menurutnya, perubahan perilaku konsumsi generasi muda menjadi salah satu tantangan utama.

Ia menyoroti maraknya perilaku flexing dan tekanan sosial media yang mendorong anak muda berbelanja di luar kemampuan mereka.

“Kami melihat banyak anak muda yang belum mampu mengatur keuangannya sendiri. Padahal sebagian besar masih bergantung pada orang tua dengan penghasilan terbatas,” jelas Fauzan.


Ia menegaskan pentingnya menata pengeluaran dan menghindari pola hidup tidak realistis, terutama di tengah meningkatnya tawaran layanan digital yang mudah namun berisiko jika tidak dipahami dengan benar.

Sementara itu, Deputi Direktur PEPK & LMS OJK Kalsel, Armansjah, memberikan apresiasi atas konsistensi Bank Kalsel menjalankan program literasi sepanjang tahun 2025. Ia menegaskan bahwa meskipun tingkat inklusi keuangan nasional sudah cukup tinggi, pemahaman masyarakat belum mengikuti laju akses yang terbuka luas.

Indeks literasi dan inklusi nasional tahun 2025 menunjukkan:

Literasi keuangan: 66,46%

Inklusi keuangan: 80,51%

Armansjah juga memaparkan tingginya kasus kejahatan finansial berdasarkan laporan IASC periode November 2024–November 2025. Tercatat 343.402 laporan penipuan, dengan kerugian publik mencapai Rp7,8 triliun.

“Kejahatan finansial sekarang jauh lebih terstruktur. Masyarakat harus paham hak dan kewajibannya saat menggunakan produk keuangan,” tegasnya.

Ia menyampaikan empat aspek literasi yang kini diprioritaskan OJK: mengenali modus kejahatan, memverifikasi kebenaran informasi, memahami posisi sebagai konsumen jasa keuangan, dan segera melapor bila menemukan indikasi penipuan.

Tahun 2026 disebut akan menjadi momentum kolaborasi baru antara OJK, lembaga keuangan, perguruan tinggi, hingga komunitas edukasi. Targetnya adalah memperluas jangkauan literasi hingga kelompok-kelompok akar rumput.

Dalam kesempatan itu, mahasiswa finalis ISFO 2025 dan para Duta Literasi Keuangan mendapat kepercayaan untuk menjadi penggerak perubahan di lingkungan masing-masing.

Bank Kalsel menegaskan bahwa penguatan literasi keuangan bukan hanya bagian dari pelayanan publik, tetapi fondasi penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, termasuk sektor maritim dan UMKM. Melalui edukasi ini, masyarakat diharapkan mampu mengoptimalkan layanan keuangan secara aman dan bertanggung jawab.

Kegiatan ditutup dengan ajakan bersama untuk membangun budaya melek finansial yang lebih kuat. Seperti kapal yang menembus arus Sungai Barito, masyarakat Kalimantan Selatan diharapkan siap menghadapi dinamika ekonomi dan risiko keuangan di masa mendatang.

Penulis: Lita

Lebih baru Lebih lama