![]() |
SOSOK: Presiden keempat RI, Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur - Foto Dok Istimewa |
RILISKALIMANTAN.COM, JAKARTA – Isu pengibaran bendera Jolly Roger, simbol ikonik dari manga One Piece, jelang peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia memicu pro dan kontra di ruang publik. Sejumlah pejabat negara menolak fenomena ini, dengan alasan menjaga simbol kenegaraan dan nilai-nilai nasionalisme.
Menteri Hukum dan HAM, Natalius Pigai, menegaskan bahwa pelarangan pengibaran bendera bajak laut fiktif tersebut bukanlah bentuk pembungkaman ekspresi, melainkan bagian dari upaya menjaga kehormatan simbol-simbol negara.
“Pelarangan pengibaran bendera tersebut adalah upaya penting menjaga simbol-simbol nasional sebagai wujud penghormatan terhadap negara,” ujar Pigai, Senin (4/8/2025).
Namun, perdebatan ini mengingatkan publik pada sikap Presiden keempat RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, yang pernah menanggapi dengan santai persoalan pengibaran bendera Bintang Kejora di Papua pada masa pemerintahannya.
Mengutip NU Online, Senin (4/8/2025), peristiwa itu terjadi saat Menko Polkam Wiranto melaporkan bahwa telah terjadi pengibaran bendera Bintang Kejora di Papua. “Bapak Presiden, kami laporkan di Papua ada pengibaran bendera Bintang Kejora,” kata Wiranto kala itu.
Gus Dur kemudian menanggapi, “Apa masih ada bendera Merah Putihnya?” Setelah dijawab bahwa Merah Putih tetap berkibar, Gus Dur hanya menjawab ringan, “Ya sudah, anggap saja Bintang Kejora itu umbul-umbul.”
![]() |
KOLASE: Ilustrasi pengibaran bendera Merah Putih bersama Jolly Roger - Foto Dok Istimewa |
Ketika Wiranto menekankan bahwa hal itu berbahaya, Gus Dur justru menyarankan perubahan sudut pandang. “Pikiran Bapak yang harus berubah. Apa susahnya menganggap Bintang Kejora sebagai umbul-umbul? Sepak bola saja banyak benderanya!” tegasnya.
Setelah tidak lagi menjabat sebagai Presiden, Gus Dur tetap konsisten dengan pandangannya. Ia menilai Bintang Kejora sebagai bendera kultural masyarakat Papua, bukan simbol separatisme.
“Bintang Kejora itu bendera kultural. Kalau kita anggap sebagai bendera politik, salah kita sendiri,” ujarnya kepada wartawan.
Ia juga menilai aparat keamanan sering kali tidak melihat konteks secara mendalam dalam menanggapi ekspresi-identitas seperti ini. “Ketika polisi melarang, tidak dipikir mendalam. (Tim -red) sepak bola saja punya bendera sendiri. Kita tak perlu ngotot sesuatu yang tak benar,” lanjutnya.
Di tengah ramainya unggahan media sosial terkait pengibaran Jolly Roger menjelang 17 Agustus, banyak pihak menyerukan agar masyarakat bijak dalam mengekspresikan kecintaan terhadap budaya populer, tanpa mengabaikan batas etika dan konstitusi negara.
Sebagai informasi, One Piece merupakan manga populer karya Eiichiro Oda yang pertama kali terbit pada 22 Juli 1997. Serial ini berkisah tentang petualangan Monkey D. Luffy dan kru bajak lautnya dalam mengejar impian menjadi raja bajak laut. Selain petualangan, kisah One Piece juga sarat dengan tema kebebasan, perlawanan terhadap tirani, dan nilai-nilai persahabatan.
Sumber: Nett