Trending

Staf Media Pribadi Presiden Prabowo Jadi Korban Love Scamming, Rugi Puluhan Juta Rupiah

Ditreskrimsus: Polda Banten meringkus seorang perempuan berinisial MR warga Lebak, yang melakukan penipuan love scamming. Dok Nett

RILISKALIMANTAN.COM
, JAKARTA - Seorang staf media pribadi Presiden Prabowo Subianto, Kani Dwi Haryani, menjadi korban penipuan asmara atau love scamming oleh seorang perempuan yang menyamar sebagai pria dan mengaku berprofesi sebagai pilot di media sosial. Akibat penipuan tersebut, Kani mengalami kerugian hingga Rp48 juta.

Pelaku, yang diketahui berinisial MS, berasal dari Banten dan menggunakan identitas palsu bernama Febrian, seorang pilot yang diklaim sedang menghadapi kesulitan finansial karena biaya pendidikan adiknya. Penipuan dilakukan dalam dua tahap, di mana MS meminjam sejumlah uang kepada korban. Merasa curiga, Kani akhirnya melapor ke Polda Banten.

Atas tindakannya, pelaku kini terancam hukuman maksimal 12 tahun penjara dan denda hingga Rp12 miliar, sesuai dengan undang-undang tentang informasi dan transaksi elektronik (ITE) serta pasal terkait penipuan.

Kani dan "Febrian" mulai berkomunikasi intens sejak akhir 2024 melalui Instagram. Kesan hangat dan perhatian yang ditunjukkan oleh pelaku membuat korban terjerat secara emosional. Namun, seiring berjalannya waktu, Kani mulai merasakan kejanggalan hingga akhirnya berhasil membongkar identitas asli pelaku.

Kasus ini menjadi sorotan karena melibatkan tokoh publik dan menunjukkan bahwa siapa pun, termasuk orang yang cerdas dan aktif secara sosial, tetap berpotensi menjadi korban love scam.

Psikolog Mira Damayanti Amir, S.Psi menjelaskan bahwa love scamming bisa menimpa siapa pun, tanpa memandang latar belakang sosial atau tingkat pendidikan.

“Korban bisa saja orang cerdas, mapan, dan aktif secara sosial. Tapi ketika seseorang berada dalam kondisi emosional tertentu, seperti kesepian atau haus perhatian, logika bisa melemah,” ujarnya, Kamis (19/6/2025).

Mira menyoroti fenomena urban loneliness, yakni kesepian yang dialami oleh individu di kota besar, meski tampak sibuk dan dikelilingi oleh banyak aktivitas.

“Kadang seseorang terlihat kuat dari luar, tapi merasa kosong secara emosional. Ini yang jadi celah bagi pelaku love scam untuk masuk,” lanjutnya.

Menurutnya, relasi yang dibangun secara daring seringkali tidak mencerminkan kenyataan. Dalam dunia digital, pelaku bisa menciptakan persona ideal mapan, perhatian, dan suportif yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan emosional korban.

“Di ruang online, kita hanya mengenal versi yang ditampilkan. Kita tidak bisa membaca ekspresi, bahasa tubuh, atau konteks yang lebih luas,” jelas Mira.

Sumber: Kompas
Lebih baru Lebih lama