Trending

9 Bintang di Antara Hegemoni "9 Naga dan 9 Haji"

Oleh: Muhammad Ramli Jauhari - Sekretaris PW GP Ansor Kalimantan Selatan 2024–2028

Haji merupakan rukun Islam kelima sekaligus salah satu bentuk ibadah yang paling agung bagi umat Muslim. Setiap tahunnya, jutaan Muslim dari seluruh penjuru dunia berkumpul di Mekah untuk menunaikan rangkaian ibadah ini. Lebih dari sekadar ritual, haji menyimpan dimensi spiritual yang mendalam dan menjadi simbol kesatuan umat Islam.

Namun, haji bukan sekadar perjalanan spiritual. Di balik ibadah ini tersimpan sejarah panjang yang sarat makna, bermula dari kisah para nabi hingga masa kini. Setidaknya terdapat empat peristiwa besar yang menjadi cikal bakal heroisme dalam kata 'haji'.

Sementara naga, adalah salah satu makhluk mitologi yang dikenal oleh seluruh dunia. Cerita asal-usul naga memiliki berbagai versi yang berbeda di setiap peradaban, tetapi semua naga diyakini memiliki kekuatan besar. Meskipun tidak ada yang tau pasti bentuk naga. Namun, makhluk ini sering digambarkan dalam bentuk Ular besar yang sering dijadikan simbol kekuatan dan pertahanan.

Naga sendiri dalam mitologi Cina digambarkan sebagai simbol keberuntungan dan kekuatan. Naga disebut sering menemani dewa sebagai tunggangan atau pendamping. Kaisar Cina juga menggunakan naga sebagai simbol kekuatan kekaisarannya. Gambaran Naga Tiongkok muncul pada Dinasti Shang (1766-1122 SM) dan Zhou (1046-256 SM).

Adapun bintang, ribuan benda yang memancarkan cahaya dan terletak di luar angka. Bintang selalu berkelompok dan membentuk pola atau bisa disebut rasi bintang. Rasi bintang ini telah memikat imajinasi manusia sejak zaman kuno.

Rasi bintang telah memainkan peran penting dalam sejarah manusia, dari navigasi hingga mitologi, serta masih relevan di era modern ini. Rasi bintang adalah sekelompok bintang yang posisinya di langit malam membentuk siluet sosok, benda, atau hewan imajiner.

Lantas, apa korelasi antara Haji, Naga, dan Bintang?

Pada akhir Mei 2025, tepatnya tanggal 28, penulis menerima sebuah kiriman melalui salah satu grup WhatsApp. Sebuah flyer dibagikan, menampilkan desain yang mencolok, gradasi warna kuning berpadu dengan hitam dan emas, memberi kesan elegan dan berkelas sejak pandangan pertama. Namun yang paling menarik perhatian adalah kalimat besar yang tertera di bagian tengah: “ADA 9 NAGA, ADA JUGA 9 HAJI, PARA KONGLO DENGAN NAMA AKRAB HAJI.”

Sejak saat itu, muncul rasa gelisah sekaligus penasaran dalam benak penulis. Rasanya mustahil jika flyer ini muncul tanpa maksud. Ada sesuatu di baliknya, sebuah skema atau pesan tersembunyi yang ingin disampaikan ke ruang publik.

Beberapa pertanyaan pun bermunculan secara spontan dan mengusik: Mengapa flyer ini disebarkan pada akhir Mei 2025, yang secara kebetulan bertepatan dengan masuknya bulan Dzulhijjah 1446 H—bulan haji bagi umat Islam? Mengapa desainnya tampak sederhana, tetapi sangat ciamik dan efektif memikat perhatian? Mengapa yang diangkat adalah sembilan tokoh dengan gelar "Haji"? Mengapa profil mereka hanya menyoroti dua aspek: tempat kelahiran dan bidang usaha terbesar? Dan yang paling tajam, mengapa harus dibenturkan dengan narasi “9 Naga”? Seolah menampilkan “head to head” antara kekuatan ekonomi lama dan yang baru, atau antara figur-figur Tionghoa dan pribumi Muslim?

Kesembilan tokoh yang disebut dalam flyer tersebut berasal dari berbagai pulau besar di Nusantara. Secara spesifik, tiga berasal dari Sulawesi Selatan, tiga dari Kalimantan Selatan, satu dari Kalimantan Tengah, satu dari Sumatra Utara, dan satu dari Maluku Utara. Sebuah representasi geografis yang tampaknya tak sembarangan, mungkin disusun untuk menunjukkan distribusi kekuatan ekonomi baru yang mulai menyebar dari berbagai penjuru Indonesia.

Apakah ini hanya sekadar permainan narasi dan simbol? Atau justru sebuah penanda awal dari dinamika ekonomi-politik yang lebih besar? Semua pertanyaan itu masih menggantung, menunggu untuk ditelusuri lebih jauh.

Sebagai kader organisasi Gerakan Pemuda Ansor yang memiliki lambang bertabur "9 Bintang" dan menjadikannya sebagai inspirasi yang kaya akan nilai historis serta komitmen kuat dengan nilai dan norma yang dimiliki. Rasanya sudah lebih dari cukup sebagai modal kolektif untuk berada pada “posisi tawar” dengan para konglomerat. 

SIAPss dalam tarikan nafas yang sama secara mindset, prinsip dan kekuatannya para NAGA, pun kita wajib BISA dalam tataran semangat jihad dan nilainya para HAJI. 

Akhirnya, mari kita berlayar menggunakan kapal yang handal, teruji dan paten ini Sahabatku! Sembari sama-sama menyanyikan lagu dari ‘Padi – Sahabat Selamanya’. Memulai, tumbuh, menguatkan, hingga kelak kita sandar pada pelabuhan dengan tujuan berbeda-beda, secara bersama-sama.
Lebih baru Lebih lama