Trending

Inovasi ‘Cerita Hati’ UPTD Puskesmas Tebing Tinggi Sukses Tekan Risiko HIV di Balangan

JEMPUT BOLA: Pihak Puskesmas Tebing Tinggi saat melakukan screening dalam rangka upaya cegah HIV - Foto Dok Istimewa

RILISKALIMANTAN.COM, KALSEL – Inovasi layanan kesehatan dari UPTD Puskesmas Tebing Tinggi berhasil menjadi garda terdepan dalam upaya pencegahan dan deteksi dini HIV/AIDS di Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan.

Melalui program bertajuk Cerita Hati (Cegah dan Cari Penderita HIV/AIDS di Tebing Tinggi), Puskesmas mencatat capaian 100% lebih dalam pelaksanaan skrining populasi kunci, serta berhasil menjaga wilayahnya tetap nihil kasus HIV sepanjang tahun 2024.

Penggagas program Cerita Hati, Nova Yulida Ariani, menjelaskan bahwa pendekatan ini dilakukan dengan strategi jemput bola yang terjadwal, menyasar langsung rumah-rumah warga yang masuk dalam kategori populasi kunci. Berbeda dengan metode lama yang menunggu kehadiran sasaran ke fasilitas kesehatan, pendekatan ini terbukti lebih efektif.

“Banyak calon sasaran skrining enggan datang ke puskesmas karena faktor rasa malu, jarak, dan minimnya pemahaman tentang pentingnya tes HIV. Dengan inovasi ini, kami bukan hanya mendatangi mereka, tapi juga mengedukasi,” jelas Nova, Rabu (7/5/2025).


Program Cerita Hati tidak hanya memfokuskan pada skrining semata, tapi juga menyisipkan edukasi melalui penyuluhan individu dan distribusi leaflet untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai risiko HIV/AIDS.

Selama 2024, dari target 114 orang dalam populasi kunci, sebanyak 116 berhasil diskrining, atau mencapai 101,8% capaian. Sasaran mencakup ibu hamil, penderita TBC, Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL), pekerja seks, warga binaan pemasyarakatan (WBP), pengguna napza suntik (penasun), waria, dan penderita infeksi menular seksual.

“Alhamdulillah, hingga kini tidak ditemukan kasus HIV baru di Kecamatan Tebing Tinggi. Program ini juga efektif menekan risiko penularan di kalangan remaja serta meningkatkan kewaspadaan terhadap perilaku berisiko,” pungkas Nova.

Langkah inovatif ini menjadi contoh nyata bagaimana pelayanan kesehatan primer bisa lebih adaptif dan humanis, terutama dalam menangani isu-isu kesehatan sensitif seperti HIV/AIDS.

Penulis: Mardiana

Lebih baru Lebih lama