![]() |
REFORMA AGRARIA: Bukit Sinyonya jadi simbol kebangkitan ekonomi Desa Bandung -Foto dok ATR/BPN Barito Kuala |
RILISKALIMANTAN.COM, BANTEN - Desa Bandung di Kabupaten Pandeglang berhasil mencatatkan prestasi nasional sebagai salah satu Kampung Reforma Agraria terbaik di Indonesia tahun 2023. Predikat dari Kementerian Dalam Negeri tersebut diraih berkat keberhasilan desa ini mengelola tanah masyarakat tidak hanya sebatas pemberian sertipikat, tetapi juga sebagai penggerak ekonomi, sosial, dan peningkatan kualitas hidup warga.
“Dari tanah yang tadinya semak belukar, dengan adanya sertipikat tanah bisa dikerjasamakan. Tanah milik perorangan kita himpun melalui BUMDes, lalu dikembangkan menjadi Objek Desa Wisata Bukit Sinyonya,” ungkap Kepala Desa Bandung, Wahyu Kusnadiharja, saat ditemui di kawasan Bukit Sinyonya, Senin (22/9/2025).
Transformasi Desa Bandung terwujud lewat kolaborasi pemerintah dan masyarakat. Program Kampung Reforma Agraria dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) ikut memperkuat langkah desa dengan pendampingan, pemberdayaan, dan pembentukan kelompok usaha masyarakat.
“Potensi desa kita kelompokkan jadi beberapa unit: kelompok ikan, sadar wisata, kopi, dan anyaman pandan. Setelah dikelompokkan, kita tingkatkan kapasitasnya. Dengan begitu, masyarakat bisa lebih terarah dan berdaya,” jelas Wahyu.
Dampak positif program ini juga dirasakan langsung oleh warga. Direktur BUMDes Desa Bandung, Syaifullah, menyebut perekonomian masyarakat meningkat sejak Reforma Agraria diterapkan.
“Masyarakat yang sebelumnya ekonominya sederhana kini lebih terbantu. Program ini sangat menopang penghasilan warga,” tutur Syaifullah.
Sejak resmi dibuka tahun 2023, Objek Desa Wisata Bukit Sinyonya sudah dikunjungi lebih dari 10 ribu wisatawan. Selain menikmati panorama alam, pengunjung dapat belajar mengolah kopi robusta khas Desa Bandung yang dikenal dengan nama kopi puhu, mencoba membuat anyaman pandan bersama kelompok pengrajin perempuan, hingga melihat langsung budidaya ikan mas Sinyonya.
“Semua kelompok itu berasal dari masyarakat Desa Bandung sendiri. Mereka punya potensi berbeda, tapi kini semuanya berdaya. Kreativitas warga juga makin tumbuh karena semakin banyak permintaan dari wisatawan,” tambah Syaifullah.
Kisah Desa Bandung menunjukkan bahwa Reforma Agraria bukan sekadar urusan sertipikat tanah. Lebih dari itu, sertipikat menjadi instrumen untuk menghidupkan potensi desa, menggerakkan roda ekonomi, dan menumbuhkan kebanggaan warganya.
Sumber: ATR/BPN Barito Kuala