![]() |
Viral: Warga Cari Emas di Sungai Efrat: Benarkah Tanda Kiamat? (Dok. TikTok) |
RILISKALIMANTAN.COM, JAKARTA - Sungai Eufrat kembali menjadi sorotan dunia. Fenomena surutnya aliran sungai legendaris ini bukan hanya memicu kekhawatiran ekologis, tapi juga membangkitkan perburuan emas besar-besaran oleh warga lokal, hingga dikaitkan dengan nubuat akhir zaman.
Pertanyaannya, di mana sebenarnya Sungai Eufrat? Dan apa yang sedang terjadi di sana?
Sungai Eufrat merupakan salah satu sungai terpanjang dan paling bersejarah di Asia Barat, dengan panjang sekitar 2.800 kilometer. Alirannya melintasi tiga negara: Turki, Suriah, dan Irak.
Sumbernya berasal dari dataran tinggi Anatolia Timur di Turki, terbentuk dari pertemuan dua anak sungai: Karasu dan Murat. Di wilayah hulu ini, sejumlah bendungan besar dibangun dan diyakini berkontribusi terhadap menurunnya debit air ke wilayah hilir.
Setelah melewati Turki, Sungai Eufrat mengalir ke selatan, membelah daratan Suriah termasuk kota bersejarah Raqqa sebelum akhirnya bermuara ke Teluk Persia melalui Irak, bertemu dengan Sungai Tigris membentuk Shatt al-Arab.
Sejak ribuan tahun lalu, kawasan di antara Sungai Tigris dan Eufrat dikenal sebagai Mesopotamia, tempat lahirnya peradaban besar seperti Sumeria, Babilonia, dan Asyur. Sungai ini menjadi nadi kehidupan bagi pertanian, irigasi, air minum, hingga pusat inovasi budaya dan sains.
Dalam beberapa tahun terakhir, debit air Sungai Eufrat terus menyusut. Penyebabnya meliputi perubahan iklim, kekeringan ekstrem, serta pembangunan bendungan di hulu sungai.
Fenomena paling mencolok terjadi di Raqqa, Suriah. Aliran sungai yang kian surut memperlihatkan dasar sungai yang sebelumnya terendam. Sejumlah warga melaporkan munculnya gundukan tanah berkilau, diduga mengandung emas.
Awalnya hanya segelintir warga yang menggali dengan alat sederhana. Namun kabar tersebut cepat menyebar, dan kini tepian Sungai Eufrat dipenuhi tenda-tenda darurat serta ratusan pemburu emas yang bekerja siang malam dengan sekop dan cangkul.
Kegiatan ini bahkan menciptakan ekonomi mikro dadakan, meski tanpa regulasi atau pengawasan resmi, yang menimbulkan kekhawatiran akan dampak lingkungan dan keselamatan penambang.
Fenomena ini tak hanya dipandang dari sudut ekonomi. Banyak warga mengaitkannya dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan dalam hadis sahih:
“Kiamat tidak akan datang hingga Sungai Eufrat menyingkapkan gunung emas yang akan menjadi perebutan manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ulama Sunni, Asaad Al Hamdani, membenarkan keabsahan hadis tersebut. Namun ia mengingatkan agar masyarakat tidak tergesa-gesa mengaitkan peristiwa alam dengan tanda-tanda akhir zaman.
“Pemahaman hadis memerlukan penelaahan mendalam oleh para ulama. Jangan sampai menimbulkan kesimpulan prematur,” jelas Al Hamdani.
Sejauh ini, belum ada konfirmasi ilmiah terkait keberadaan emas dalam jumlah besar. Insinyur geologi lokal, Khaled al-Shammari, menjelaskan bahwa endapan mineral memang umum ditemukan di sepanjang sungai besar seperti Eufrat.
“Kilauan tanah belum tentu emas. Bisa jadi itu pirit atau ‘emas palsu’. Diperlukan analisis geologi lebih lanjut untuk memastikan kandungannya,” ujar Al Shammari kepada Shafaq News, Kamis (7/8/2025).
Sungai Eufrat, yang dulu menjadi saksi lahirnya peradaban manusia, kini berada di persimpangan sejarah, krisis ekologi, dan spekulasi spiritual. Fenomena surutnya air hingga perburuan emas di Raqqa menjadi cerminan kompleksitas antara keingintahuan, harapan ekonomi, dan keyakinan religi.
Sumber: suara.com
Tags:
VIRAL