![]() |
KUNJUNGAN: Anggota Puskesmas Paringin Selatan saat melakukan pengecekan kondisi masyarakat secara langsung - Foto Dok Istimewa |
RILISKALIMANTAN.COM, KALSEL – Dalam upaya mempercepat penemuan kasus tuberkulosis (TBC) baru di masyarakat, Puskesmas Paringin Selatan, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, meluncurkan inovasi bertajuk "Es Kopi Enduls" singkatan dari Investigasi Kontak Erat Penderita Tuberkulosis. Inisiatif ini terbukti mampu meningkatkan cakupan investigasi kontak dan skrining TBC berbasis komunitas secara signifikan.
Kepala Puskesmas Paringin Selatan, drg. Siti Marfuah, menjelaskan bahwa inovasi ini merupakan respons terhadap sejumlah tantangan di lapangan, mulai dari rendahnya penemuan kasus, keterbatasan akses terhadap alat TCM (Tes Cepat Molekuler), hingga pencatatan yang belum optimal di Sistem Informasi Tuberculosis (SITB).
“Dengan Es Kopi Enduls, tim kami bergerak langsung ke masyarakat selama tujuh hari sejak teridentifikasinya satu kasus indeks. Jika belum semua kontak dapat diskrining saat kunjungan pertama, maka akan dilakukan kunjungan ulang ke rumah-rumah,” ujar Marfuah, Jumat (11/7/2025).
Sementara itu, inovator program Es Kopi Enduls, Herma Juniarsih, menjelaskan bahwa program ini melibatkan langsung perangkat desa dan membentuk kader TB di tingkat lokal. “Peran kepala desa sangat krusial. Beberapa desa bahkan telah menerbitkan SK untuk kader TB, sehingga mereka bisa memperoleh honor rutin dan bekerja lebih sistematis,” ungkapnya.
Berkat inovasi ini, jumlah terduga TBC yang ditemukan meningkat tajam. Dari hanya 79 orang pada tahun 2023, jumlahnya melonjak menjadi 303 orang yang diperiksa sepanjang Maret 2024 hingga kini. Angka ini mencerminkan efektivitas pendekatan komunitas dan kolaboratif dalam pengendalian TBC.
Tak hanya mempercepat deteksi, Es Kopi Enduls juga mendorong identifikasi dan pengobatan TBC laten, terutama pada anak-anak dan dewasa yang memiliki kontak erat dengan pasien. Langkah ini dinilai strategis dalam memutus rantai penularan dan mencegah kasus TBC berkembang menjadi aktif.
“Inovasi ini bukan sekadar teknis, tapi juga sosial. Ada peningkatan kesadaran masyarakat, peran aktif pemerintah desa, dan kehadiran kader di lini depan yang menjadi ujung tombak,” tambah Herma.
Ia berharap Es Kopi Enduls dapat menjadi model penanganan TBC berbasis komunitas yang bisa direplikasi di wilayah lain. Dengan keterlibatan multipihak dan pendekatan yang terstruktur, Balangan menunjukkan bahwa pengendalian TBC bukan sekadar tugas sektor kesehatan, tapi kerja bersama lintas sektor dan lapisan masyarakat.
Penulis: Mardiana