![]() |
RAMAI: FLS3N tingkat Kabupaten Balangan tahun 2025 - Foto Dok Istimewa |
RILISKALIMANTAN.COM, KALSEL – Festival Lomba Seni dan Sastra Siswa Nasional (FLS3N) tingkat Kabupaten Balangan kembali digelar, menghadirkan ratusan pelajar SMA dari berbagai sekolah yang berlaga dalam 13 cabang lomba. Digelar di SMAN 2 Paringin, Senin (16/6/2025) ajang ini menjadi ruang strategis bagi pelajar untuk menyalurkan kreativitas sekaligus merawat nilai-nilai budaya daerah.
Kompetisi yang diinisiasi oleh Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA Balangan ini mempertandingkan beragam cabang, mulai dari baca puisi, cipta lagu, hingga tari kreasi. Tak hanya menampilkan keterampilan seni, peserta juga menyuguhkan narasi budaya yang kental, menggambarkan identitas lokal Kalimantan Selatan dalam kemasan modern.
Ketua panitia, Ahmad Ariansyah, menyebut penyelenggaraan tahun ini diwarnai persaingan ketat. Hampir seluruh peserta tampil dengan kualitas yang merata, membuat dewan juri harus bekerja ekstra dalam menilai.
"Potensi siswa Balangan luar biasa. Ajang ini bukan semata kompetisi, tapi juga upaya menanamkan rasa percaya diri dan keberanian berekspresi," ujarnya, Selasa (17/6/2025).
FLS3N tak sekadar menjadi ajang seleksi menuju tingkat provinsi, namun juga menjadi ruang pembelajaran karakter. Ketua MKKS SMA Balangan, Baihaki, menegaskan pentingnya seni sebagai bagian dari pendekatan pendidikan yang membumi.
“Melalui FLS3N, siswa belajar menghargai karya, berkompetisi secara sehat, dan mengekspresikan nilai-nilai positif dalam dirinya. Ini sejalan dengan misi pendidikan karakter berbasis budaya,” kata Baihaki.
Uniknya, sebagian besar karya peserta mengangkat tema budaya lokal baik dalam bentuk puisi, visual poster, hingga komposisi tari. Hal ini diapresiasi oleh dewan juri, salah satunya Fahmi Wahid, yang menilai keberanian pelajar mengeksplorasi budaya daerah sebagai bentuk pelestarian yang relevan dengan zaman.
“Beberapa karya memadukan unsur tradisional dan modern secara cerdas. Ini modal penting untuk regenerasi budaya yang adaptif,” ujar Fahmi.
Di balik keberhasilan peserta, terdapat peran krusial para guru pembina. Mereka tidak hanya melatih teknis, tapi juga mendampingi pembentukan karakter siswa. Disiplin, kerja sama, hingga rasa tanggung jawab menjadi nilai yang ditanamkan selama proses pendampingan.
FLS3N merupakan program tahunan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang mendorong siswa mencintai seni, budaya, dan literasi sebagai bagian dari kecerdasan holistik.
MKKS Balangan berharap, penyelenggaraan FLS3N dapat menjadi pemantik lahirnya ekosistem seni dan sastra yang berkelanjutan di sekolah.
“Seni dan budaya bukan pelengkap, tapi kekuatan pendidikan yang membentuk siswa jadi generasi kreatif, berkarakter, dan tidak tercerabut dari akar budayanya,” tutup Baihaki.
Penulis: Mardiana