![]() |
INOVASI: Salah satu limbah di RSUD Datu Kandang Haji Balangan, saat diolah menjadi bahan bakar kompor - Foto Dok Istimewa |
RILISKALIMANTAN.COM, KALSEL – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Datu Kandang Haji Balangan, Kalimantan Selatan, sukses menghadirkan terobosan dalam pengelolaan limbah rumah sakit melalui program inovasi bertajuk Dayang Berakit (Dari Yang Terbuang Menjadi Bernilai di Rumah Sakit).
Program ini terbukti mampu mengubah berbagai jenis limbah rumah sakit, yang sebelumnya hanya dibuang, menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai ekonomi.
Sri Wininawati, selaku inisiator program, mengungkapkan bahwa inovasi ini lahir dari kebutuhan untuk mengatasi empat persoalan utama yang kerap muncul di lingkungan RSUD: limbah minyak jelantah dari dapur, sisa makanan organik, air buangan dari AC yang menyebabkan genangan dan lumut, serta tingginya anggaran untuk pembelian air aquades.
“Dari yang awalnya hanya dibuang, sekarang minyak jelantah bisa digunakan sebagai bahan bakar kompor modifikasi dan proses pembuatan batako plastik dari limbah botol infus,” ujar Sri, Senin (12/5/2025).
Ia menambahkan, ke depan, minyak jelantah ini juga berpotensi diolah menjadi produk lain seperti sabun dan lilin aromaterapi.
Limbah organik dari dapur kini dikonversi menjadi kompos cair dan padat yang digunakan untuk merawat tanaman di area RSUD. Bahkan, hasil kompos tersebut direncanakan akan dibagikan kepada kelompok tani di sekitar rumah sakit sebagai bentuk kontribusi sosial.
Tidak hanya itu, air buangan AC yang biasanya menjadi sumber genangan dan membuat jalan licin, kini dikumpulkan dan dimanfaatkan sebagai pengganti air aquades untuk campuran cairan sterilisasi dan pembersih kaca. Dalam sebulan, RSUD mampu mengelola hingga 40.000 liter air buangan dari sekitar 200 unit AC.
Program Dayang Berakit telah memberikan dampak nyata. Dari semula membuang sekitar 18 liter minyak jelantah setiap dua bulan, RSUD kini memanfaatkannya sepenuhnya. Komposter rumah sakit pun mampu menghasilkan sekitar 40 liter kompos cair dan tiga karung kompos padat setiap bulan.
Sementara itu, limbah organik yang sebelumnya menyumbang hingga 10 ton sampah domestik per bulan, kini berkurang signifikan hingga tersisa sekitar 369 kilogram.
Sri berharap, inovasi ini bisa menjadi model pengelolaan limbah rumah sakit yang berkelanjutan dan bisa diadopsi oleh fasilitas layanan kesehatan lainnya, baik rumah sakit maupun puskesmas.
“Selain ramah lingkungan, program ini juga mengurangi biaya operasional dan risiko kecelakaan kerja akibat lingkungan yang licin,” tutupnya.
Program Dayang Berakit menjadi bukti bahwa inovasi lingkungan tidak hanya mengatasi persoalan limbah, tetapi juga mampu memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang luas.
Penulis: Mardiana